Thursday, 15 October 2015

LAPORAN PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN



SIFAT BAHAN BAKU LATEKS

A.    Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pH latex dan gerak brown pada latex.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui perubahan lumps pada saat penyimpanan.

B.     Bahan dan Alat
Bahan :
Latex segar, asam formiat 2% amoniak 10% dan air.

Alat :
Mikroskop, objeck glass, deck glass, beaker glass, mangkok sedap, pengaduk, gelas ukur, pipet volume, ketas pH dan batu pemberat.

C.    Cara Kerja
1.      Pengukuran pH latex
a.       Ambil 25 ml latex segar, masukkan ke dalam beaker glass.
b.      Ukur pH latex tersebut.
c.       Ulangi kegiatan a, untuk perlakuan latex + 25 ml Amoniak 10%, lalu diaduk rata. Kemudian ukur pH latex + Amoniak 10% tersebut.
d.      Ulangi kegiatan a, untuk perlakuan latex + 1 ml Asam Formiat 2 %
2.      Pengamatan gerak Brown
a.       Teteskan latex segar pada objeck glass dan tutup dengan deck glass.
b.      Amati gerak Brown latex segar tersebut dengan mikroskop, lalu gambar dan beri keterangan.
c.       Ulangi kegiatan a dan b untuk perlakuan latex + Asam Formiat 2%.
d.      Ulangi kegiatan a dan b untuk perlakuan latex + Amoniak 10%.
e.       Bandingkan kecepatan gerak Brown ketiga perlakuan tersebut.
3.      Penyimpanan bekuan latex (lumps)
a.       Ambil 25 ml latex segar, masukkan dalam beaker glass, amati warna dan baunya.
b.      Tambahkan Asam Formiat 3 ml, lalu diaduk sampai menggumpal.
c.       Ulangi kegiatan a dan b.
d.      Latex yang sudah menggumpal (lumps) diperlakukan 2 macam, yaitu : satu dikering anginkan dan yang satu direndam dengan air.
e.       Amati tiap hari warna gumpalan, warna air dan bau lumps dari hari ke-1 sampai ke-7
f.       Catat hasil pengamatan dalam bentuk table.

D.    Hasil Pengamatan

Pengamatan gerak brown

1.      Lateks segar

 
          Gerakan butiran karet cepat PH 6- 7 berbentuk titik-titik berpijar

2.      Lateks segar + amoniak 10 %  (3 ml)

 
           Gerakan butir karet lebih cepat PH 11 berbentuk titik-titik berpijar lebih cepat


3.      latexs segar + asam formiat 2%  (3ml)                                             
           Gerak butir karet lambat PH 3  


 Tabel Pengamatan penyimpanan bekuan lateks ( lumps )
            Perlakuan I. Kering angin :
Hari
Warna Lumps
Warna air
Aroma/Bau
1
Kuning atas
     keruh
-
2
Kuning atas
Keruh kuning
Asam agak tajam
3
Abu kuning atas
 Keruh kuning
Asam tajam
4
Kuning orange
Keruh kuning
Berbau asam tajam
5
Kuning coklat
habis
Bau lump tajam
6
Kuning coklat
habis
Bau lump tajam
7
Kuning coklat agak berjamur
habis
Sangat bau lump

   Perlakuan II. Di rendam air
Hari
Warna Lumps
Warna air
Aroma/Bau
1
Putih
keruh
Tidak berbau
2
Putih
Agak Keruh kuning
Tidak berbau
3
Kuning sela-sela
Agak keruh kuning berbui
Berbau tidak sedap/ agak tajam
4
Agak kuning
Keruh pekat berbuih
Bau tajam
5
kuning
Semakin pekat keruh
Berbau asam agak tajam
6
Kuning orange
Keruh pekat
Bau lump asam tajam
7
Kuning orange
Keruh pekat
Sangat berbau


F.     Pembahasan

Sifat-sifat dari latek segar setelah keluar dari pohon dalam keadaan bersih tanpa kontaminan, dan tetap dalam keadaan cair karena antara partikel karet yang diselubungi oleh lapisan protein dengan sifat amfoternya bermuatan negatif dan saling tolak menolak satu dengan yang lain. Keadaan ini akan berubah bila kedalam lateks masuk suatu muatan positif berupa asam, yang akan mengurangi daya tolak menoloak tersebut. Daya tolak menolak akan hilang apabila tercapai titik keseimbangan muatan positif dan negatif yang disebut iso-elektrik pada pH 4,7 yaitu titik terjadinya penggumpalan lateks.
Dalam praktikum yang dilakukan setelah hasil penyadapan bahwa pH lateks segar tersebut ± 6,7 ini menandakan bahwa keadaan lateks segar adalah telah terjadi keseimbangan antara muatan positif dan negatif sehingga pH tersebut merupakan pH standar untuk lateks segar karena telah melebihi titik keseimbangannya yaitu pH 4,5 dan mendekati pH bermuatan negatif yaitu 6,7. Fakta dilapangan sangat diharapkan untuk hasil penyadapan berupa lateks segar sampai dilokasi pabrik pengolahan bermuatan negatif atau lateks dalam keadaan cair (tidak tejadi penggumpalan lateks sebelum waktunya). Namun, hal itu juga masih banyak terjadi dilapangan dengan kurang terealisasinya mendapatkan latek segar yang murni, maka dari itu agar kebutuhan lateks segar terpenuhi dengan baik tetap terus bermuatan negatif perlu adanya penambahan bahan anti koagulan yang biasa disebut ammonia dengan kadar yang secukupnya.

            Masuknya  muatan positif berupa asam kedalam lateks pada waktu yang belum dikehendaki sering disebut prakoagulasi. Prakoagulasi dikenal dengan dua macam yaitu prakoagulasi spontan dan buatan. Prakoagulasi spontan adalah akibat penetralan muatan partikel karet, partikel tersebut adalah bagian koloidal berupa air dan bahan kimia yang terkandung dalam lateks tidak mengasilkan larutan yang sempurna melainkan tersebar merata didalam air sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang dan partikel yang sudah bebas tersebut akan terbentuk menjadi penggabungan yang disebut gumpalan (lump). Sedangkan penggumpalan buatan adalah adanya penambahan bahan asam yang bermuatan positif. Dilapangan terjadi penggumpalan lateks sekitar ± 9 jam setelah penyadapan yaitu pukul 05.00 WIB – 07.00 WIB dan bahkan bisa menggumpal lebih dari satu kali jika tidak segera dibawa kepabrik untuk diolah.

Dibawah ini penyebab terjadinya prakoagulasi, yaitu :
1.      Fermentasi organisme yang berasal dari alat sadap kotor dan mengakibatkan perkembangbiakan bakteri didalam lateks.
2.      Kurang cepatnya pemindahan lateks-lateks ( maksimal 3-4 jam ) dari dalam mangkuk sadap ke ember-ember penampungan lateks dan bahkan kurang telitinya seorang penyadap yang tidak membersihkan  sisa lateks dalam mangkuk sadap.
3.      Ember penampungan yang baik adalah dari aluminium. Kemudian saat sambil menunggu penuangan lateks ke ember penampungan, maka ember tersebut ditutup dengan menggunakan karung goni basah ( lembab ) dan tidak dibenarkan terkena sinar matahari secara langsung yang berakibat suhu lateks menjadi tinggi/panas yaitu rusaknya koloidal lateks.
4.      Iklim terhadap air hujan yang turun akan membawa zat penyamak, kotoran, dan garam yang larut dari kulit batang. Zat-zat ini akan mengkatalis terjadinya prakoagulasi karena air sebagai senyawanya.
5.      Pecahnya butiran-butiran lutoid ( butiran non karet ) yang mengandung cairan serum seperti  protein, fosfolipida dan beberapa enzim-enzim seperti fosfatase, pholiphenol oksidase, lisozim dan enzim hidrolitik lainnya, yang dalam keadaan bebas dapat mengganggu stabilitas koloidal. Pecahnya butiran-butiran lutoid disebabkan adanya perlakuan goncangan mekanis selama pengangkutan lateks, terjadinya perubahan tekanan osmose didalam lateks misalnya terkena air hujan atau serangan mikroorganisme dan suhu yang tinggi/panas dari sinar matahari.
6.      Pengangkutan lateks diwajibkan saat pagi hari dan berakibat terjadinya prakoagulasi apabila disiang hari akibat cuaca yang panas, kemudian saat menempuh pabrik dengan kondisi jalan jelek yang mengakibatkan lateks bergoncang sehingga keadaan lateks tidak stabil dan menggumpal.
7.      SHT ( Super Hight Tiping ) merupakan sadapan pada tanaman tunggal/mati yang dipaksa agar keluarnya lateks banyak. Hal ini berakibat prakoagulasi dengan butiran-butiran lutoid yang lebih tinggi.



Upaya mengatasi prakoagulasi, yaitu :
1.      Menjaga kebersihan peralatan sadapan seperti pisau sadap dan mangkuk sadap yang bebas dari sisa-sisa penyadapan sebelumnya.
2.      Mengurangi pengguncangan selama berada dijalan dengan memberikan bahan anti koagulan yaitu ammonia yang bersifat membunuh bakterisida , tidak menggelembung dan digunakan pada kadar yang cukup.
3.      Pengangkutan lateks menggunakan truk tangki aluminium agar tidak terjadinya penurunan plastisitas karet ( PRI ) akibat adanya oksidasi terhadap isoprene karet dan proses ini dapat berjalan cepat pada suhu yang tinggi.
4.      Penutupan tanki sebaiknya dilindungi dengan karung goni basah.
5.      Penyadapan sebaiknya dilakukan mulai pagi hari sekitar pukul ±04.30 WIB karena tekanan turgor sangat cepat membukan dan keluarnya lateks juga cepat sehingga mendapatkan banyak cairan lateks dan jangka waktu pengiriman ke pabrik lebih singkat.
Partikel-partikel berbentuk bulat hingga bulat telur dengan ukuran 0,2 – 0,3 mikron. Partikel-partikel tersebut terdispersi kedalam medium serum yang membentuk suatu sistem koloid. Dibawah mikroskop sangat jelas terlihat bahwa partikel-pertikel ini bergerak bebas, gerakan ini dinamakan dengan gerakan brown.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa dilihat menggunakan mikroskop dasar warna dari latek adalah putih kekuning-kuningan dengan terdapat butiran-butiran latek serta pergerakan brown. Adanya bayangan-bayangan seperti gaya gravitasi bumi ( fatamorgana ) menunjukkan bahwa butiran-butiran lakteks semakin bebas untuk bergerak. Hasil yang didapat untuk perlakuan latek + amonia terjadi pergerakan brown yang cepat karena sistem koloid sedang terproses dengan sifatnya negatif yang bergerak pada posisi tolak-menolak terhadap gaya gravitasi. Kemudian untuk perlakuan latek segar pergerakan latek lambat karena tidak adanya penambahan bahan bermuatan positif yang berperan dalam tolak menolak dengan cepat yang mengakibatkan penurunan pH lateks serta berakibat menggumpal.

Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir – butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks perlu dibumbuhi obat pembeku ( koagulum ) seperti asam semut atau asam cuka. Sifat dari penambahan bahan koagulum adalah bermuatan positif, muatan positif ini apabila dicampurkan pada muatan negatif akan terjadi penurunan PH sehingga terjadi reaksi penggumpalan.
Latek setelah keluar dari pembuluh latek dalam keadaan steril, tetapi mempunyai komposisi yang cocok dan sangat baik terhadap pertumbuhan mikroorgansime, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungaan mencemari lateks. Mikroba akan merusak bagian-bagian lateks terutama pada protein dan karbohidrat menjadi asam-asam lemak etersi yaitu asam-asam yang mudah menguap seperti formiat, asetat maupun propionate. Terbentuknya asam-asam ini akan menurunkan pH sehingga kemantapan lateks jadi terganggu. Jumlah asam-asam didalam lemak eteris didalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks ( Ompusunggu, 1987 ).
Hasil praktikum menunjukkan bahwa selama penyimpanan lateks ±1 minggu dengan penambahan bahan koagulan yaitu asam formiat sebanyak 3 ml terhadap 25 ml lateks segar dan disimpan didalam rendaman air serta pipa kapiler sebagai penahan lateksnya, dilihat dari kondisi awal perlakuan (H0) warna air terlihat jernih dan lump berwarna putih bersih, tetapi bau gumpalan sudah membususk. Jelas bahwa kemantapan lateks terganggu dari segi bau, hal ini diakibatkan aktifitas mikroba telah terjadi kemungkinan besar terhadap pipa kapiler tersebut dan air rendaman yang mengandung bakteri. Setelah pengamatan selama 1 minggu bahwa warna air semakin kekuningan dan keruh tetapi warna lateks tetap putih. Akibat warna lump tersebut keruh juga adanya anti oksidan alami yang keluar yaitu tekoperol. Namun, pada bau lateks tetap saja tidak berubah melainkan menambah bau yang sangat busuk, salah satunya juga disebabkan adanya anti oksidan alami keluar yaitu tekoperol.
Perbandingan dengan lateks yang disimpan dengan tidak direndam air melainkan dikering-anginkan bahwa latek terlihat dalam waktu 2 hari sudah banyak menimbulkan penurunan kemantapan dari lump tersebut baik itu warna lateks kuning, maupun baunya membusuk yang terjadi aktifitas mikroba bahkan tumbuh jamur pada lump tersebut. Hal ini juga disebabkan adanya penguapan terhadap asam formiat sehingga bakteri juga mudah mencemari lump tersebut dan adanya kontak terhadap oksidasi dari udara yang tidak diinginkan.


G.    Kesimpulan
Hasil dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan :
1.      Pergerakan brown ditandai dengan butiran-butiran lateks yang bergerak bebas terlihat dibawah mikroskop dengan adanya gaya tolak menolak bahan bermuatan negatif lateks segar seperti bayangan gaya gratvitasi (fatamorgana).
2.      Prakoagulasi merupakan hal yang tidak diinginkan terjadi yaitu penggumpalan pada lateks segar belum pada waktunya baik dikebun akibat peralatan sadap yang kotor, ember penampungan tidak ditutup menggunakan karung goni basah sehingga terkena cahaya matahari langsung, kemudian jalan yang kurang baik berakibat lateks segar mengguncang.
3.      Upaya yang dilakukan untuk antisipasi terhadap prakoagulasi dilapangan adalah tetap menjaga kebersihan peralatan sadap, menutup ember penampungan lateks dengan karung goni basah, ember diusahakan dari bahan aluminium yang tidak menyerap panas serta penambahan bahan anti koagulan yaitu ammonia secukupnya hingga sampai dipabrik

H.    Daftar Pustaka

Efendi. Hermawan. 1996. Pengolahan Karet Kebun. Yudhistira. Jakarta

No comments:

Post a Comment