Rangkuman
hasil kunjungan pengolahan tembakau di PTPN X kabupaten klaten yaitu Tembakau
Vorstenland dipergunakan dalam industri cerutu sebgai pembalut (Omblad) dan
filler (filler).
Klasifikasi daun
Tembakau
cerutu dibagi menjadi 4 kelas yaitu daun pasir (zandblad), daun kaki
(voetblad), daun tenga atau madya (middenbald), daun pucuk (topblad). Daun-daun
kaki dan madya atau tangah masih dibagi menjadi daun kaki pertama (DKP), daun
kaki atas (DKA), daun madya pertama (DMP), dan daun madya atas (DMA).
Klasifikasi tersebut diterapkan pemakaianya untuk tembakau Vorstenland.
Berdasarkan
cara penanamanya tembakau cerutu dibedakan :
- Tembakau Cerutu Bawah Naungan, karena dalam penanamannya menggunakan naungan dari waring plastik
- Tembakau Cerutu Tradisional atau biasa disebut dengan nama Tembakau Na-Oogst
Cara Panen
Cara
ini diterapkan umumnya pada tembakau cerutu. Panen dilakukan dengan jalan
memetik daun per lembar sesuai dengan tingkat kemasakan dan posisi daun pada
batang. Jauh sebelum pemetikan dimulai, sekitar 2 minggu biasanya daun-daun
kepel dan koseran berwarna kuning (daun yang paling bawah yang terkena pasir
dan kotor) dipetik terlebih dahulu. Untuk mencegah penyebaran penyakit bercak
daun koseran untuk tembakau cerutu. Tingkat kemasakan daun merupakan salah satu
faktor yang menetukan kualitas tembakau.
Tingkat
kemasakan daun merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tembakau.
Pada budidaya tembakau dikenal tiga tingkat kemasakan, yaitu daun muda
(immature leaves) yang berwarna hijau, daun masak (mature leaves), yang
berwarna kekuning-kuningan dan daun tua (over mature leaves) berwarna kuning
tua hingga kecokelatan. Tingkat daun muda (immature leaves) yang berwarna hijau
dan daun tua (over mature leaves) berwarna kuning tua hingga kecokelatan akan
menghasilkan krosok yang tidak bermutu untuk berbagai macam atau tipe tembakau.
Bila dijadikan krosok, warna, aroma, elastisitas tergolong rendah.
Untuk
memperole kulaitas tembakau cerutu yang di inginkan terutama untuk daun
pembungkus dan daun pembalut, pemetikan terbaek diperoleh dari daun-daun yang
tepat masak atau hampir masak. Krosok yang diperoleh berwarna keabu-abuan
(vaal) dan elastis. Persyaratn warna dan elastisitas merupak faktor penting
dalam kualitas tembakau cerutu. Waktu yang tepat untuk pemungutan tembakau
Vorstenland adalah pagi hari sekitar pukul 06.00 – 10.00. kualitas tembakau
digolongkan menjadi :
Kriteria
NW
1. Bersih,
rata
2. Hijau
kecoklatan sampai coklat
3. Elastis
dan tipis
4. Urat
daun halus
5. Ukur
1 keatas (40 cm lebih)
6. Utuh
dan robek kecil maksimal (15 %) taste atau rasa ringan
Kriteria
LPW
1. Hijau
kecoklatan dan coklat, daun rata s/d belang sedikit.
2. Tipis
dan elastis
3. Urat
daun tipis
4. Taste
ringan
5. Utuh
sampai robek kecil maksimal 15 %
6. ukur
2s keatas (ukur 2s pasar sempit)
kriteria
PW / BSD
1. tembakau
sedikit kotor
2. tembakau
belang sedikit II
3. urat
daun sedikit kasar
4. ukur
1 keatas
5. daun
utuh ( R tidak mau)
6. BSD
daun tidak tembus (baik belang dan
kotonya)
Kriteria
RFU
1. Tembakau
bersih dan rata satu sisi
2. Prinsipnya
sama grade NW dan LPW tapi hanya satu sisi (kanan / kiri)
3. Ukur
daun 1 keatas
Kriteria
WF
1. Daun
bersih s/d belang sedikit
2. Tembakau
tipis elastis
3. Ukur
1s dan 1ss
4. Tingkat
minyaknya lebih berat dibanding LPW oil
5. Warna daun masak kecoklatan
Kualitas
tembakau Na- oogst yang terdiri dari filler, omblad, dekblad
Penangan
hasil
Kerusakan
daun secara fisik dapat terjadi pada saat pemetikan atau setelah pemetikan.
Kerusakan yang sering terjadi adalah daun robek, terlipat, dan daun tinggal
sebagian karena terpotong. Keadaan daun yang cacat dapat menurunkan kualitas,
baik dalam bentuk basah ataupun kering. Terutama untuk jenis cerutu yang
umumnya daun digunakan sebagai pembungkus.
Kerusakan
daun dapat pula terjadi secara kimiawi, misalnya adanya proses fermentasi sehingga
daun-daun menguning tidak merata.mutu daun yang menguning tidak merata menjadi
rendah dan menyulitkan proses pengolahannya karena kondisinya tidak sama dengan
daun-daun lainnya. Untuk menghindari kerusakan karena fermentasi, daun-daun disusun dalam keranjang
secara berdiri, yakni paangkal daun berada di bawah dan ujung daun di atas.
Selanjutnya, hasil panen ditempatkan di tempat yang yang teduh agar daun tidak
layu. Daun yang layu apabila diolah kualitasnya akan menurun.
Air Curing.
Proses
pengolahan ini pada prinsipnya tidak menggunakan panas buatan. Proses
mobilisasi karbohidrat pada cara pengolahan ini berjalan lambat dan dalam waktu
yang relatif lama. Enzim-enzim pernafasan memperoleh cukup waktu dan kondisi
lingkungan yang serasi untuk kegiatan desimilasi hingga tuntas dala pembentukan
momosakarida dan disakarida.
Proses
pengolahan tembakau cerutu dilakukan di suatu bangunan yang disebut bangsal
pengering.
Cara
pengolahan yang diterapkan adalah air-curing atau pengeringan alami yaitu daun
tembakau diekringkan hanya diangin-anginkan dalam bangsal pengering.
1. Sortasi Daun Basah
Sortasi
daun basah dilakukan untuk mengeluarkan tembakau non produk.
2. Penyujenan.
Penyujenan
dilakukan punggung dengan punggung dan perut dengan perut dengan jarak satu ibu
jari. Panjang sujen 0,5 m yang diisi sekitar 16 lembar daun. Seblum daun-daun
disujeni setiap kelas atau posisi dipisahkan (daun-daun psir, kaki, madya, dan
atas).
3. Pengikatan
daun.
Pengikatan
daun pada gelantang dilakukan segera setelah penyujenan selesai. Gelantang
terbuat dari bambu yang panjangnya berkisar 2,30 – 2,50 meter. Pada setiap
gelantang diikatkan 5 sujen secara bersambung, yang disebut setengah gelantang.
Jadi satu gekantang penuh berisi 10 sujen atau 160 lembar daun tembakau cerutu.
Hal ini sebaiknya dilakukan dalam bangsal pengering atau los pengering yang
teduh agar daun tidak layu. Bila telah selesai gelantang=gelantang yang berisi
sujenan tembakau cerutu ditempatkan di rak-rak dalam bangsal atau los pengering
yang telah dipetak-petak yang disebut kamar.
Pada
bangsal atau los pengering setiap kamar terdapat 2 angka sebelah kiri dan
sebelah kanan. Angka-angka ini menunjukkan kapasitas kamar. Angka sebelah kiri
bila diisi dengan daun-daun halus bermutu halus, dengan panjang yang cukup yang
disebut blad, sedangkan angka sebelah kanan apabila diisi dengan daun-daun yang
berkualitas rendah.
Bila
daun mulai berwarna, kering dan tetap dalam kondisi lemas dan elastis, yaitu
dengan cara menutup dan membuka jendela atau ventilasi sedemikian rupa sehingga
tingkat kelembapan bangsal pengering terpelihara. Pada saat tembakau cerutu
telah benbar-benar keringtermasuk tulang (ganggang) daunnya dan kembali lemas
diturunkan dari rak-rak bagian atas ke bagian bawah untuk kemudian dilepaskan
dari gelantang.
Daun
tembakau cerutu yang telah kering di masukkan ke gudang fermentasi di garap
lebih lanjut. Kadar lengas pada saat peromposan dan perempesan hendaknya
sekitar 15%, yang ditandai oleh sifat daun yang lemas. Bila dipegang atau
digenggam daun-daun tersebut tidak membasahi tangan, sedang bekas genggaman
tersebut dalam waktu cepat kembali pada situasi semula.
4. Angkut
Lolosan.
a. Menututup truk angkutan lolos permanen.
b. Harus ada planggrangan.
c. Tutup kranjang lolos rapat.
d. Pengambilan lolosan ± jam 09.00 WIB.
5. Saring
Lolosan.
Tujuannya
adalah memisahkan tembakau menurut
posisi daun serta mengeluarkan tembakau-tembakau non produksi yang rusak karena
pengeringan.
6.
Fermentasi.
Fermentasi adalah biochemical proses untuk
menghasilkan rasa, warna, texture dan
daya bakar.
Tujuan
dari fermentasi adalah
a. Menurunkan kadar air.
b. Memantapkan warna (Rata, Terang)
c. Membentuk aroma.
d. Memperbaiki daya bakar.
Proses fermentasi melewati beberapa tahap dimulai
dari :
1.
Volume stapel
A sebesar 2,5 ton pada suhu 47˚C atau umur stapel sdh mencapai 8 hari.
2.
Volume stapel
B sebesar 5 ton pada suhu 48˚C atau umur stapel sdh mencapai 9 hari.
3.
Volume stapel
C sebesar 5 ton pada suhu 50˚C atau umur stapel sdh mencapai 12 hari.
4.
Volume stapel
D sebesar 10 ton pada suhu 51˚C atau umur stapel sdh mencapai 15 hari.
Cara membuat tumpukan
atau timbunan dalam fermentasi adalah sebagai berikut :
a. Sujenan tembakau cerutu ditumpuk membentuk kubus
dengan ukuran dasar dan tingi bervariasi. Stapel besar ukurannya 3 x 6 meter
dan tingginya 6 meter, tergantung persediaan dan kondisi. Pangkal ganggang
sujenan terletak di luar stapel yang berlapis-lapis yang membentuk 4 dinding.
b. Pada setiap antara 10 – 20 lapis, ditaruh banmbu
yang telah dihilangkan penyekatnya untuk. Memasang termometer di dalamnya guna
memantau perkembangan suhu.
c. Bila setiap hari kenaikan suhu stapel melebeihi 50
C, berarti tembakau cerutu bel;um kering betul. Stapel dibongkar sebelum
suhu melebihi 50˚.
d. Pada fase awal, stapel tidak terlalu besar sebab
proses fermentasi berlangsung secara bongkar pasang. Ukuran stapel tergantung
kondisi tembakau cerutu, kulaitas, kondisi cuaca dan lain-lain. Biasanya setiap
stapel diberi kode huruf, misalnya stapel A berjumlah 16. Jika suhunya tetap
maka dibongkar, setiap dua stapel A menjadi stapel B, demikian juga terhadap stapel
B, bila suhu stabil dibongkar dan disusun stapel B, selanjutnya C menjadi D dan
kahirnya 2 stapel D menjadi stapel E, yang merupakan total tembakau yang dapat
berjumlah ribuan gelantang. Suhu pembongkaran stapel biasabya antara 50 – 60
˚C.
e. Waktu pembongkaran, sujenan yang terletak di luar
pada penstapelan berikutnya dipindahkan ke dalam agar proses fermentasi
berlangsung merata.
f. Waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi antara 2 – 4
bulan, tergantung kondisi tembakau cerutuny. Selama fermentasi tembakau
mengalami perubahan fisik kimia dalam membentuk warna, aroma dan sifat atau
komponen.
7. Leaf
opening
Ketika
daun-daun tembakau sudah cukup masak fermentasi, kemudian dijereng/jembreng.
DiJawa Timur dinamakan “bir”.
8. Sortasi.
Tujuan
sorttasi adalah Mengelompokkan tembakau
sesuai kualitas yang ditentukan (posisi daun, kemasakan daun, tingkat
kebersihan daun, mutu, kerataan warna, elastisitas, ukur daun).
9. Pengepakan.
Pengeapakan
bertujuan untuk Mengemas tembakau dalam satu
kesatuan ukuran, berat, dan persyaratan tertentu terhadap tembakau yang sudah
layak, seragam dan siap dipasarkan. Marking dilakukan sesuai permintaan pembeli.
Pengepakan pada PTPN tersebut dengan box
karton 200 kg net, box karton 60 kg net, tikar bal 80 kg atau jute bal 80 100 kg net.
Ukur Panjang Daun
a. Ukur 1S :
Lebih 44 Cm
b. Ukur 1 : 40
– 44 Cm
c. Ukur 2S : 36
– 40 Cm
d. Ukur 2 : 32
– 36 Cm
e. Ukur 3S : 28
– 32 Cm
f. Ukur 3 : 24
– 28 Cm
Sistem Penjualan Tembakau
a.
Lelang (transaksi melalui Badan Pemasar DITH)
- Fisik.
- Contoh.
b.
Jual langsung
- Pembeli datang ke Unit
Produksi.
KEIMPULAN
Dari
hasil pembahasan yang telah di tuliskan pada rangkuman pengolahan tembakau
cerutu pada PTPN X kunjungan study lapangan, disimpulkan bahwa :
1. dalam
fermentasi pada stapel harus memperhatikan hari lamanya dan suhu yang telah
diberi tanda pada termometer di setiap tumpukan stapel.
2. Tembakau
cerutu dibagi menjadi 4 kelas yaitu daun pasir (zandblad), daun kaki
(voetblad), daun tenga atau madya (middenbald), daun pucuk (topblad).
No comments:
Post a Comment