PROPOSAL
PENELITIAN
PENGARUH
DOSIS HERBISIDA KONTAK TERHADAP PENGENDALIAN GULMA DI WEDOMARTANI
WIJI
SANTOSO
11.05.0058
PROGRAM
DIPLOMA IV
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK
LPP
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gulma
merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga
manusia berusaha untuk mengendalikannya. Kepentingan ini sangat beragam, bisa
ditinjau baik dari segi ekonomi, estetika, kesehatan, maupun lingkungan.
Masalah gulma tidak hanya ditemui pada proses budidaya tanaman saja, tetapi
juga pada aspek kehidupan lainya seperti kebersihan trotoar, lapangan parkir,
gedung-gedung, pemukiman, jalan raya, jalan kereta api, kelestarian lingkungan,
dan sebagainya.
Banyak
jenis gulma yang kita miliki, bila dikaitkan dengan budidaya tanaman terdapat
250 jenis yang selama ini dianggap mengganggu manusia pada proses budidaya
tanaman. Gangguan yang disebabkan oleh gulma adalah terjadinyapersaingan antara
gulma dan tanaman dalam memanfaatkan sarana tumbuh (hara, air, cahaya dan ruang
tumbuh) dan gulma dapat menjadi inang
hama dan penyakit tanaman. Kehadiran gulma dalam suatu areal budidaya tanaman
dapat mengganggu proses produksi seperti pengawasan, pemupukan, dan pemanenan.
Adanya berbagai kerugian yang disebabkan oleh gulma ini mendorong pelaku
agribisnisuntuk mengendalikanya. Upaya tersebut akan memuaskan apabila gulma tersebut telah
dikenali secara baik. Pengenalan terhadap jenis-jenis gulma, penggolongan,
habitat, dan juga karakter utama yang dimilikinya.
Gulma
menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma tersebut hidup berinteraksi
bersama dengan tanaman. Kerugian tesebut terjadi melalui proses persaingan atau
kompetisi antara gulma dan tanaman
dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, , dan ruang tumbuh.
Selain persaingan, kerugian tanaman dapat pula terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan
pertumbuhan tanaman akibat senyawa kimia (alelokimia)
yang dikeluarkan oleh gulma. Gangguan yang disebabkan oleh gulma tersebut tidak
kasat mata dan berlangsung perlahan, walaupun kalau tidak diatasi dapat
menggagalkan panen.
Banyak
cara untuk menekan pertumbuhan pada gulma agar perkembanganya tidak meluas,
salah satunya dengan pengendalian secara kimia yaitu dengan herbisida. Saat
ini pengendalian gulma secara kimiawi merupakan alternatif terbaik untuk skala
perkebunan yang luas.
Penggunaan dosis herbisida yang tidak
tepat dan berlebihan akan berdampak pada peningkatan biaya untuk pengendalian
gulma. Selain itu juga dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan pencemaran
lingkungan, sehingga akan lebih efektif dan tepat sasaran jika penggunaan
herbisida untuk pengendalian gulma dilakukan sesuai dosis anjuran. Oleh karena
itu dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh dosis herbisida berlebih
terhadap pertumbuhan gulma.
B.
Tujuan
Penelitian
Mengetahui pengaruh dosis herbisida yang
berlebih terhadap pertumbuhan gulma.
C.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat
teoritis
Secara teoritis, tulisan ini mampu
menambah pengetahuan dibidang budidaya tanaman perkebunan terkususnya dalam
pengendalian gulma dengan herbisida kontak.
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
peneliti
Dapat menambah
pengetahuan dalam mengetahui sistem kerja herbisida kontak terhadap gulma.
b. Bagi
Politeknik LPP
Untuk menambah koleksi
bahan pustaka yang bermanfaat bagi politeknik LPP pada umumnya, terutama untuk
mahasiswa Budidaya Tanaman perkebunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Gulma
Dikenal berbagai sistem
klasifikasi gulma yang menggambarkan karakteristiknya, seperti klasifikasi
berdasarkan karakteristik, reproduksi, bentuk kehidupan, botani dan lain-lain.
berdasarkan bentuk kehidupan (life form),
dapat dibagi menjadi lima kategori pokok yaitu pohon dan semak tinggi (phanerophytes), semak rendah, menjalar
dipermukaan tanah dengan tunas dibatang (chamauphytes),
hidup dipermukaan tanah, tetapi tunas pada batang dibawah permukaan tanah, contoh:
rumput-rumputan (hemicryptophytes),
tunas pada cadangan makanan dibawah permukaan tanah contoh: ubi-ubian (crytophytes), tumbuhan semusim yang
melestarikan diri dengan biji (therophytes).
Menurut klasifikasi ini gulma dibedakan menjadi: rumput, teki, dan daur lebar.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas: gulma berkayu, gulma air,
gulma perambat, termasuk epiphytes dan parasit. Ditinjau dari siklus hidupnya
dikenal gulma semusim, dua musim, dan tahunan. Beberapa jenis gulma mungkin
termasuk kombinasi dari karakteristik-karakteristik tersebut (Yernelis dan
Yakub, 1991).
Kerugian–kerugian yang timbulkan
oleh gulma antara lain Pengaruh persaingan dalam perebutan unsur hara, sehingga
mengurangi kandungan unsur hara, persaingan dalam pengambilan air/mengganggu
tata drainase menyulitkan pengawasan di lapangan membelit tanaman sehingga
menurunkan estetika kebun (Sembodo, 2010).
Gulma dapat
didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh atau hadir pada suatu tempat atau
keadaan yang tidak kita inginkan. Untuk mengklasifikasikan gulma, banyak cara
yang telah ditempuh. Apabila kita menitik beratkan pada morfologi, cara hidup,
dan adaptasi, sering dijumpai ketidaksesuaian ataupun kelemahan-kelemahan. Oleh
karena itu gulma dapat diklasifikasikan menurut sifat tumbuh, tekstur badan
(berkayu atau tidak berkayu), habitat (darat, air, menempel) dan lain-lain (Kasno et al., 1981).
Gulma
golongan rerumputan adalah anggota dari
keluarga Gramineae (poaceae).
Tumbuhan ini biasanya bervariasi ukuranya; tegak ataupun menjalar, tumb uhan
setahun ataupun tahunan. Batangnya yang biasa disebut culms jelas terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat
antar ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antar ruas. Daun
terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helai daun contoh gulma dari
spesies ini adalah eleusine indica,
panicum repens, paspalum conjugatum, axonopus compressus, dan lain-lain (Mangoensoekardjo dan Kadnan,
1971).
Gulma
golongan teki-tekian adalah anggota dari keluarga Cyperaceae. Nampak mirip
benar dengan golongan rerumputan, namun kita dapat membedakannya melalui
batangnya yang berbentuk segi tiga, tidak mempunyai umbi atau akar rimpang di
dalam tanah. Contoh dari golongan itu adalah Cyperus rotundus (Tjitrosoedirdjo, 1984).
Golongan
gulma berdaun lebar ini pada umumnya adalah tumbuhan berkeping dua
(dicotyledon) dan beberapa adalah berkeping satu (monocotyledon) dengan daun
lebar. Contoh dari golongan ini adalah mikania
spp, Ageratum conyzoides, Eupatorium odoratum, dan lain-lain (Utomo dan
Joedojono, 1984).
Tingkat
ambang biologis adalah tingkat maksimum pertumbuhan gulma tertentu yang masih
dapat ditenggang karena belum
menimbulkan efek persaingan yang merugikan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Bila tingkat pertumbuhan gulma naik akan menimbulkan kerugian bagi tanaman sebagai
akibat persaingan gulma (Zeep, 1980).
2.
Penggunaan
Herbisida Kontak Sebagai Pengendali Gulma
Herbisida adalah racun
untuk gulma, namun secara harfiah Herbisida berasal dari kata herbi
dan cide, herbi atau herbal yang berarti rumput/gulma sedangkan cide berarti
racun, sehingga secara bahasa herbisida dapat diartikan sebagai racun gulma. Penggunaan
untuk herbisida dalam mengendalikan rumput/gulma memberi banyak keuntungan yang
diantaranya adalah waktu pengendalian yang relatif lebih singkat/cepat,
kebutuhan tenaga kerja relatif sedikit, secara teknis mudah dilakukan, dan
dapat dilakukan pada saat metode lain sulit dilakukan. Selain keuntungan
tersebut herbisida juga memberikan kerugian baik itu bagi petani, Tanaman,
maupun lingkungan. Kerugian yang dimaksud antara lain adalah residual effect
dan pencemaran linkungan, penumpukan biologis, jasad bukan sasaran ikut
terbunuh, dan memerlukan pemahaman dan keterampilan yang lebih dalam (Erida, 1996).
Herbisida kontak adalah herbisida yang
berkerja secara langsung, cepat mematikan atau membunuh jaringan-jaringan atau
bagian rumput/gulma sasaran yang terkena larutan herbisida, herbisida kontak
bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang
masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas (Anonim,
2012).
Herbisida kontak adalah herbisida yang
langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan
herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini
bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang
masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir
tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan
melalui floem, karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan
gulma dapat terjadi sangat cepat, sehingga rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan
aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian
aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga bekerja dengan cara
menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak
seluruh konfigurasi sel. Keistimewaannya dapat membasmi gulma secara cepat
yaitu, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati, sehingga
bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya gulma akan
tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini
tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma (Sebayang,
2005).
Pengendalian
gulma dengan sistem kimia dilakukan dengan bahan-bahan kimia, sehingga dalam
perlakuanya harus benar-benar diperhatikan dan sesuai standar prosedur yang
ditentukan supaya tidak mencemari lingkungan sekitar. Pengendalian gulma dengan
cara kimia dapat lebih efisien apabila dalam pengendaliannya tepat dosis, tepat
cara dan tepat waktu, selain itu dapat lebih menyingkat waktu dalam areal yang
luas (Amalia,
2012).
Penggunaan
herbisida memberikan harapan baik, tetapi mutlak diperlukan pengetahuan dasar
yang memadai tentang teknik pengendalian gulma secara kimiawi. Termasuk
diantaranya penentuan jenis herbisida, cara pemakaian, ketetapan dosis, dan
waktu aplikasi (Erida, 2005).
Tingkat
dosis aplikasi menentukan efektifitas penggunaan herbisida untuk mengendalikan
gulma, sekaligus mempengaruhi efisiensi pengendalian secara ekonomi. Penggunaan
dosis aplikasi yang terlalu rendah, menyebabkan tujuan pengendalian tidak
berhasil. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi, disamping terjadi pemborosan,
juga akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan (Erida, 2005).
Waktu
aplikasi herbisida juga mempengaruhi efektifitas pengendalian gulma.
Penyemprotan yang segera diikuti oleh hujan akan mengakibatkan herbisida
tercuci, sehingga efek berkurang sebab partikel herbisida belum sempat
berpenetrasi kedalam kutikula daun (Amalia, 2012).
Waktu
melakukan penyemprotan sebaiknya didukung oleh faktor cuaca yang menguntungkan,
sehingga tidak terjadi pencucian herbisida. Untuk keberhasilan penyemprotan,
selang waktu turunnya hujan setelah aplikasi menjadi faktor yang penting
diperhatikan. Pada petunjuk teknis pemakaian herbisida, sebagian mencantumkan
tenggang waktu minimal turunya hujan setelah aplikasi, tetapi petunjuk tersebut
masih perlu diuji kebenaranya (Amalia, 2012).
B. Hipotesis
Penggunaan
dosis herbisida yang melebihi anjuran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan gulma dengan dosis sesuai anjuran.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Metode Dan Cara Pengendalian Gulma
Perkebunan Kelapa Sawit.(http://puputwawan.worldpress.com)diakses tanggal 7
agustus 2014.
Amalia P. 2012. Pengenalan Gulma. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Erida,
G. dan Hasanudin. 1996. Penentuan Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine
max) Terhadap Kompetisi Gulma.13 HIGI : 14-18.
Kasno, D., Ratna Dewi dan M.A.
Zakaria. 1981.
Peranan Penyakit Tanaman Dalam Pengendalian Gulma di Indonesia.Prosiding Komperensi Keenam Himpunan Ilmu Gulma
Indonesia. Medan.
Mangoensoekardjo,
S. dan N. Kadnan.
1971.Pemilihan herbisida pada polybag pembibitan kelapa sawit. Bull. BPP Medan.
Sembodo, D. R. J2010. Gulma dan pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma Dan
Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Brawijaya
University. Malang.
Sukman, Y.
dan Yakub.1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma Di Perkebunan.
Gramedia. Jakarta.
Warlinson,
G.
2005. Pengaruh Tingkat Dosis Herbisida dan Selang Waktu Terjadinya Pencucian
Aplikasi Terhadap Efektifitas Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis) Tbm.Staf Pengajar kopertis wilayah I DPK USI.
Zeep, W. V. 1981. Weed Competition. Lecture
note, Int. Course on Plant Protection. I.A.C. Wageningen.
No comments:
Post a Comment