Thursday, 10 March 2016

Proposal Tugas Akhir

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH DOSIS HERBISIDA KONTAK TERHADAP PENGENDALIAN GULMA DI WEDOMARTANI


WIJI SANTOSO
11.05.0058



PROGRAM DIPLOMA IV
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya. Kepentingan ini sangat beragam, bisa ditinjau baik dari segi ekonomi, estetika, kesehatan, maupun lingkungan. Masalah gulma tidak hanya ditemui pada proses budidaya tanaman saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainya seperti kebersihan trotoar, lapangan parkir, gedung-gedung, pemukiman, jalan raya, jalan kereta api, kelestarian lingkungan, dan sebagainya.
Banyak jenis gulma yang kita miliki, bila dikaitkan dengan budidaya tanaman terdapat 250 jenis yang selama ini dianggap mengganggu manusia pada proses budidaya tanaman. Gangguan yang disebabkan oleh gulma adalah terjadinyapersaingan antara gulma dan tanaman dalam memanfaatkan sarana tumbuh (hara, air, cahaya dan ruang tumbuh) dan gulma dapat  menjadi inang hama dan penyakit tanaman. Kehadiran gulma dalam suatu areal budidaya tanaman dapat mengganggu proses produksi seperti pengawasan, pemupukan, dan pemanenan. Adanya berbagai kerugian yang disebabkan oleh gulma ini mendorong pelaku agribisnisuntuk mengendalikanya. Upaya tersebut akan  memuaskan apabila gulma tersebut telah dikenali secara baik. Pengenalan terhadap jenis-jenis gulma, penggolongan, habitat, dan juga karakter utama yang dimilikinya.
Gulma menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma tersebut hidup berinteraksi bersama dengan tanaman. Kerugian tesebut terjadi melalui proses persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, , dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman dapat pula terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma. Gangguan yang disebabkan oleh gulma tersebut tidak kasat mata dan berlangsung perlahan, walaupun kalau tidak diatasi dapat menggagalkan panen.
Banyak cara untuk menekan pertumbuhan pada gulma agar perkembanganya tidak meluas, salah satunya dengan pengendalian secara kimia yaitu dengan herbisida. Saat ini pengendalian gulma secara kimiawi merupakan alternatif terbaik untuk skala perkebunan yang luas.
Penggunaan dosis herbisida yang tidak tepat dan berlebihan akan berdampak pada peningkatan biaya untuk pengendalian gulma. Selain itu juga dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan pencemaran lingkungan, sehingga akan lebih efektif dan tepat sasaran jika penggunaan herbisida untuk pengendalian gulma dilakukan sesuai dosis anjuran. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh dosis herbisida berlebih terhadap pertumbuhan gulma.

B.     Tujuan Penelitian
     Mengetahui pengaruh dosis herbisida yang berlebih terhadap pertumbuhan gulma.

C.    Manfaat Penelitian
     Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1.      Manfaat teoritis
Secara teoritis, tulisan ini mampu menambah pengetahuan dibidang budidaya tanaman perkebunan terkususnya dalam pengendalian gulma dengan herbisida kontak.

2.      Manfaat praktis
a.       Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dalam mengetahui sistem kerja herbisida kontak terhadap gulma.
b.      Bagi Politeknik LPP
Untuk menambah koleksi bahan pustaka yang bermanfaat bagi politeknik LPP pada umumnya, terutama untuk mahasiswa Budidaya Tanaman perkebunan.


 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Landasan Teori
1.      Gulma
Dikenal berbagai sistem klasifikasi gulma yang menggambarkan karakteristiknya, seperti klasifikasi berdasarkan karakteristik, reproduksi, bentuk kehidupan, botani dan lain-lain. berdasarkan bentuk kehidupan (life form), dapat dibagi menjadi lima kategori pokok yaitu pohon dan semak tinggi (phanerophytes), semak rendah, menjalar dipermukaan tanah dengan tunas dibatang (chamauphytes), hidup dipermukaan tanah, tetapi tunas pada batang dibawah permukaan tanah, contoh: rumput-rumputan (hemicryptophytes), tunas pada cadangan makanan dibawah permukaan tanah contoh: ubi-ubian (crytophytes), tumbuhan semusim yang melestarikan diri dengan biji (therophytes). Menurut klasifikasi ini gulma dibedakan menjadi: rumput, teki, dan daur lebar. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas: gulma berkayu, gulma air, gulma perambat, termasuk epiphytes dan parasit. Ditinjau dari siklus hidupnya dikenal gulma semusim, dua musim, dan tahunan. Beberapa jenis gulma mungkin termasuk kombinasi dari karakteristik-karakteristik tersebut (Yernelis dan Yakub, 1991).
 Kerugian–kerugian yang timbulkan oleh gulma antara lain Pengaruh persaingan dalam perebutan unsur hara, sehingga mengurangi kandungan unsur hara, persaingan dalam pengambilan air/mengganggu tata drainase menyulitkan pengawasan di lapangan membelit tanaman sehingga menurunkan estetika kebun (Sembodo, 2010).
Gulma dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh atau hadir pada suatu tempat atau keadaan yang tidak kita inginkan. Untuk mengklasifikasikan gulma, banyak cara yang telah ditempuh. Apabila kita menitik beratkan pada morfologi, cara hidup, dan adaptasi, sering dijumpai ketidaksesuaian ataupun kelemahan-kelemahan. Oleh karena itu gulma dapat diklasifikasikan menurut sifat tumbuh, tekstur badan (berkayu atau tidak berkayu), habitat (darat, air, menempel) dan lain-lain (Kasno et al., 1981).
Gulma golongan  rerumputan adalah anggota dari keluarga Gramineae (poaceae). Tumbuhan ini biasanya bervariasi ukuranya; tegak ataupun menjalar, tumb uhan setahun ataupun tahunan. Batangnya yang biasa disebut culms jelas terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antar ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antar ruas. Daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helai daun contoh gulma dari spesies ini adalah eleusine indica, panicum repens, paspalum conjugatum, axonopus compressus, dan lain-lain (Mangoensoekardjo dan Kadnan, 1971).
Gulma golongan teki-tekian adalah anggota dari keluarga Cyperaceae. Nampak mirip benar dengan golongan rerumputan, namun kita dapat membedakannya melalui batangnya yang berbentuk segi tiga, tidak mempunyai umbi atau akar rimpang di dalam tanah. Contoh dari golongan itu adalah Cyperus rotundus (Tjitrosoedirdjo, 1984).
Golongan gulma berdaun lebar ini pada umumnya adalah tumbuhan berkeping dua (dicotyledon) dan beberapa adalah berkeping satu (monocotyledon) dengan daun lebar. Contoh dari golongan ini adalah mikania spp,  Ageratum conyzoides, Eupatorium odoratum, dan lain-lain (Utomo dan Joedojono, 1984).   
Tingkat ambang biologis adalah tingkat maksimum pertumbuhan gulma tertentu yang masih dapat ditenggang  karena belum menimbulkan efek persaingan yang merugikan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bila tingkat pertumbuhan gulma naik akan menimbulkan kerugian bagi tanaman sebagai akibat persaingan gulma (Zeep, 1980).

2.      Penggunaan Herbisida Kontak Sebagai Pengendali Gulma
Herbisida adalah racun untuk gulma, namun secara harfiah Herbisida berasal dari kata herbi dan cide, herbi atau herbal yang berarti rumput/gulma sedangkan cide berarti racun, sehingga secara bahasa herbisida dapat diartikan sebagai racun gulma. Penggunaan untuk herbisida dalam mengendalikan rumput/gulma memberi banyak keuntungan yang diantaranya adalah waktu pengendalian yang relatif lebih singkat/cepat, kebutuhan tenaga kerja relatif sedikit, secara teknis mudah dilakukan, dan dapat dilakukan pada saat metode lain sulit dilakukan. Selain keuntungan tersebut herbisida juga memberikan kerugian baik itu bagi petani, Tanaman, maupun lingkungan. Kerugian yang dimaksud antara lain adalah residual effect dan pencemaran linkungan, penumpukan biologis, jasad bukan sasaran ikut terbunuh, dan memerlukan pemahaman dan keterampilan yang lebih dalam (Erida, 1996).

Herbisida kontak adalah herbisida yang berkerja secara langsung, cepat mematikan atau membunuh jaringan-jaringan atau bagian rumput/gulma sasaran yang terkena larutan herbisida, herbisida kontak bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas (Anonim, 2012).

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui floem, karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat, sehingga rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Keistimewaannya dapat membasmi gulma secara cepat yaitu, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati, sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma (Sebayang, 2005).

Pengendalian gulma dengan sistem kimia dilakukan dengan bahan-bahan kimia, sehingga dalam perlakuanya harus benar-benar diperhatikan dan sesuai standar prosedur yang ditentukan supaya tidak mencemari lingkungan sekitar. Pengendalian gulma dengan cara kimia dapat lebih efisien apabila dalam pengendaliannya tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu, selain itu dapat lebih menyingkat waktu dalam areal yang luas (Amalia, 2012).
Penggunaan herbisida memberikan harapan baik, tetapi mutlak diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang teknik pengendalian gulma secara kimiawi. Termasuk diantaranya penentuan jenis herbisida, cara pemakaian, ketetapan dosis, dan waktu aplikasi (Erida, 2005).
Tingkat dosis aplikasi menentukan efektifitas penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma, sekaligus mempengaruhi efisiensi pengendalian secara ekonomi. Penggunaan dosis aplikasi yang terlalu rendah, menyebabkan tujuan pengendalian tidak berhasil. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi, disamping terjadi pemborosan, juga akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan (Erida, 2005).
Waktu aplikasi herbisida juga mempengaruhi efektifitas pengendalian gulma. Penyemprotan yang segera diikuti oleh hujan akan mengakibatkan herbisida tercuci, sehingga efek berkurang sebab partikel herbisida belum sempat berpenetrasi kedalam kutikula daun (Amalia, 2012).
Waktu melakukan penyemprotan sebaiknya didukung oleh faktor cuaca yang menguntungkan, sehingga tidak terjadi pencucian herbisida. Untuk keberhasilan penyemprotan, selang waktu turunnya hujan setelah aplikasi menjadi faktor yang penting diperhatikan. Pada petunjuk teknis pemakaian herbisida, sebagian mencantumkan tenggang waktu minimal turunya hujan setelah aplikasi, tetapi petunjuk tersebut masih perlu diuji kebenaranya (Amalia, 2012).          
B.     Hipotesis
Penggunaan dosis herbisida yang melebihi anjuran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan gulma dengan dosis sesuai anjuran.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Metode Dan Cara Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit.(http://puputwawan.worldpress.com)diakses tanggal 7 agustus 2014.

Amalia P. 2012. Pengenalan Gulma. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Erida, G. dan Hasanudin. 1996. Penentuan Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max) Terhadap Kompetisi Gulma.13 HIGI : 14-18. 

Kasno, D., Ratna Dewi dan M.A. Zakaria. 1981. Peranan Penyakit Tanaman Dalam Pengendalian Gulma di Indonesia.Prosiding Komperensi Keenam Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Medan.

Mangoensoekardjo, S. dan N. Kadnan. 1971.Pemilihan herbisida pada polybag pembibitan kelapa sawit. Bull. BPP Medan.

Sembodo, D. R. J2010. Gulma dan pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sebayang, H. T. 2005. Gulma Dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Brawijaya University. Malang.

Sukman, Y. dan Yakub.1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma Di Perkebunan. Gramedia. Jakarta.

Utomo, I. H. dan Joedojono. 1984. Pengelolaan Gulma diperkebunan. Gramedia anggota IKAPI, Jakarta.

Warlinson, G. 2005. Pengaruh Tingkat Dosis Herbisida dan Selang Waktu Terjadinya Pencucian Aplikasi Terhadap Efektifitas Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis) Tbm.Staf Pengajar kopertis wilayah I DPK USI.

Zeep, W. V. 1981. Weed Competition. Lecture note, Int. Course on Plant Protection. I.A.C. Wageningen. 





No comments:

Post a Comment