Friday 6 November 2015

LAPORAN Analisa FP, K3, dan KKB



A.    Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan faktor pengering (FP), kadar karet kering (KKK), dan air pengencer berdasarkan kadar karet baku (KKB) yang diinginkan.

B.     Bahan dan Alat
Bahan :
Latex segar, Asam Formiat 2%, Amoniak dan air.

Alat :
Mangkok sadap, pengaduk, penggilingan, mesin gilingan karet, kain blanco, oven, gelas ukur, beaker glass dan timbangan.

C.    Cara Kerja
1.      Penentuan Faktor Pengering (FP)
a.       Ambil 25 ml latex segar masukkan dalam beaker glass.
b.      Tambahkan 2 ml Asam Formiat 25 ml, aduk hingga rata lalu diamkan sampai membeku.
c.       Kemudian lumps digiling menggunakan mesin penggiling (berupa lembaran).
d.      Bila lembaran masih ada air maka keringkan dengan kain blanco.
e.       Timbang karet sebagai berat basah (BB).
f.       Keringkan dengan oven suhu 105°C sampai kering (warna coklat terang).
g.      Dinginkan, lalu timbang untuk berat kering (BK).

h.      Hitung FP, dengan rumus sbb:


            BK
FP  =              x 100%
            BB




2.      Penentuan Kadar Karet Kering (KKK)
a.       Ambil 25 ml latex segar masukkan dalam beaker glass.
b.      Tambahkan 2 ml Asam Formiat aduk hingga rata lalu diamkan sampai membeku.
c.       Kemudian lumps digiling menggunakan mesin penggiling (berupa lembaran).
d.      Apabila lembaran masih ada air maka keringkan dengan kain blanco.
e.       Timbang karet sebagai berat basah (BB).
f.       Hitung KKK dengan rumus sbb:


                               100
KKK = FP x BB x
                                25




3.      Kadar Karet Baku (KKB)
a.       Ambil 25 ml latex segar masukkan dalam beaker glass (2x ulangan).
b.      Tambahkan air pengecer (AP) s/d KKB = 13% dan KKB = 16 %, dengan rumus :


         KKK - KKB
AP =                       x Volume latex
                  KKB

c.       Masing – masing tambahkan Asam Formiat 2% sebanyak 2 ml.
d.      Aduk merata lalu diamkan sampai membeku.
e.       Amati waktu antara selesai pengadukukan s/d saat membeku, bandingkan antara KKB 13% dan 16%.
f.       Amati kekerasan lumps kedua perlakuan (semakin keras + semakin banyak.)
g.      Amati warna serumnya kedua perlakuan ( semakin keras + semakin banyak )
h.      Kemudian lumps digiling menggunakan mesin penggiling berupa lembaran.
i.        Bila lembaran masih ada air maka keringkan dengan kain blanco.
j.        Timbang karet sebagai berat basah (BB).
k.      Hitung rendemen KKB 13% dan KKB 16% dengan rumus sbb :


                                      100
Rendemen = BB x FP x
                                        25

l.        Membuat hasil pengamatan lama bekuan, kekerasan bekuan, warna serum, berat basah dan rendemen pada kedua KKB dalam bentuk tabel.

D.    Hasil pengamatan
Analisa FP, K3, dan KKB
1.      FP1 x 100 %                                              FP2  x100%
                                                                    = 98,31%
                  = 97,81 %
FP rata-rata  
2.      KKK  = FP x BB x  
                  = 0,9806 x 8,71 x   
                  = 34,16 %
KKK  = 0,9806 x 8,61 x     
                  = 33,77 %
Rata-rata KKK      =   
                                                    = 33,97 %

3.      AP ( air pengencer yang ditambahkan)
KKB   13 %  =                                           
                              =  x 25 ml lateks         
                              = 40,33 ml air = 40 ml air
KKB    16% =      
                           =
                           = 28,08 ml air = 28 ml air

Uraian
KKB 13 %
KKB 16 %
Lama pembekuan
13 menit
10 menit
Kekerasan lump semakin keras (+) makin banyak
+ +
+ + + +
Kekeruhan cairan semakin keruh semakin banyak (+)
+ + + +
+ +
Rendemen  (%)
23,02 %
23,34%

Catatan = nilai rendemen dihitung rumus sama dengan K3
Rendemen 16 % = BB x FP x                          rendemen 13 % = BB x FP x        
                              = 5,95 x 0,9806 x                           = 5,87 x 0,9806x  
                              = 23,34 %                                                        = 23,02 %
E.     Pembahasan
1.      Faktor Pengering ( FP )
Merupakan hasil perbandingan dalam proses antara berat basah dan berat keringnya. Bahwa dengan menggunakan faktor pengeringan yang telah ditentukan terlebih dahulu, maka dari berat karet basah dapat ditentukan berat karet keringnya. Penentuan faktor pengering ini dilaksanakan disuatu kebun sebaiknya ditentukan 3 bulan sekali atau sekurang-kurangnya setiap pergantian musim.
Dalam praktikum yang dilakukan untuk faktor pengering yang dihasilkan dari 25 ml lateks segar + asam formiat 2 ml telah terjadi penggumpalan yang kemudian digiling untuk mendapatkan lembaran karet kering. Hasil dari penggilingan tersebut masih terkandung air dan dikeringkan dengan kain lap diperoleh berat basahnya. Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 1050C untuk mendapatkan lembaran yang benar-benar kering. Jadi pekerjaan ini dilakukan ulangan sebanyak 2 x dan dirata-ratakan hasil dari factor pengering tersebut adalah 98,06 %

2.      Kadar Karet Kering ( K3 )
Merupakan kandungan padatan karet per satuan berat ( % ) yang telah dilakukan menggunakan prinsip dalam metode pemisahan karet dari lateks yang dilakukan dengan cara pembekuan, pencucian dan pengeringan.

Adapun tujuan dari K3 tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Sebagai penentuan upah dari seorang penyadap.
b.      Untuk taksasi K3 pada hari itu.
c.       Untuk kebutuhan perhitungan air pengencer.

Hasil yang diperoleh pada praktikum mengenai K3 tersebut adalah dengan lateks 25 ml + asam formiat 2 ml dan dilakukan perlakuan sebanyak 2x ulangan memperoleh hasil yang telah  mencapai 33,97 %.

3.      Air Pengencer dan Kadar Karet Baku ( KKB )
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet.

Adapun fungsi dari air pengencer  adalah sebagai berikut :
a.       Memudahkan proses penggilingan sheet.
b.      Mengurangi gelembung udara agar tidak terjadi west pot pada lembaran warna coklat timbul bintik-bintik menggelembung
c.       Memudahkan untuk lunaknya lump.
d.      Mempercepat penaikan atau hilangnya gelembung udara dari dalam lateks.
e.       Memudahkan meratanya asam yang dicampurkan untuk pembekuan.
f.       Memudahkan penyaringan kotoran serta meyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap.

Air pengencer yang digunakan sebaiknya menggunakan air yang jernih dan tidak berwarna selain jernih dan yang terpenting tidak boleh mengandung kotoran-kotoran sedikitpun. Pengenceran yang terlalu encer akan mengakibatkan bekuan terlalu lunak, sehingga dalam penggilingan akan mudah robek. Sedangkan bila bekuan terlau keras, pemakaian tenaga kerja giling lebih besar, print/batikan pada lembaran sheet kurang dalam dan akibatnya waktu pengeringan akan semakin lama.Untuk mendapatkan kandungan air yang benar-benar jernih dilakukan dengan cara sebaiknya 1 hari sebelum pengenceran air ditampung didalam bak-bak penampung agar kotoran mengendap kebawah.
Dalam praktikum yang dilakukan penambahan air pengencer dilakukan bersamaan dengan penentuan Kadar Karet Baku ( KKB ) yang terlebih dahulu latek 25 ml + asam formiat 2 ml. Kemudian ditambahkan air pengencernya sesuai petunjuk yaitu 13 % dan 16%. Hasilnya adalah untuk KKB 13 % dibutuhkan sebanyak 40 ml air dan KKB 16 % sebanyak 28 ml air.
Dalam penentuan Kadar Karet Baku ( KKB ) dilakukan perhitungan rendemen dari lateks tersebut, hasilnya adalah pada KKB 13% ulangan 1 mencapai 23,02 % dan KKB 16% ulangan 2 mencapai 23,34 %. Dengan hasil rendemen tersebut bahwa Kadar Karet Baku dalam praktikum ini memiliki kualitas hasil yang baik, karena telah melewati dari rendemen maksimal standrisasi yang berlaku yaitu 30%. Kemudian pada tabel mengenai lama pembekuan tidak berbeda jauh sampai pada titik bekuannya yaitu pada KKB 13 % selama 13 menit dan KKB 16 % selama 10 menit artinya adalah bahwa penambahan air yang sedikit mempercepat proses pembekuan. Air pengencer yang telah ditentukan tidak dibenarkan menambahkannya dengan kandungan yang melebihi ketentuan, sebab akan menjadikan kekerasan bekuan yang menyulitkan proses penggilingan, sedangkan jika air pengencer kurang dari ketentuan akan berakibat sangat lunaknya sheet setelah digiling bahkan dapat menyebabkan sheet yang digiling akan robek.










F.     Kesimpulan
Hasil dari praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan :
1.      Fungsi dari K3 adalah untuk menentukan upah dari seorang penyadap, penentuan taksasi kadar karet pada hari itu dan perhitungan kebutuhan air pengencer.
2.      Apabila air lateks keruh maka rendemen akan menurun karena ada lateks yang tidak dapat menggumpal.












Daftar Pustaka

Efendi. Hermawan. 1996. Pengolahan Karet Kebun. Yudhistira. Jakarta

No comments:

Post a Comment