Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12)
Carl
Weisman mewawancarai 1.036 orang yang telah bercerai untuk meneliti
penyebabnya. Ternyata 80% menyatakan bahwa sebelum menikah, sudah muncul
keraguan dalam hati mereka untuk bisa bertahan hidup bersama
pasangannya. Ada yang terasa mengganjal di hati. Namun, perasaan itu
ditutupi rasa optimis bahwa sesudah menikah semuanya akan berubah. Atau,
sudah telanjur memastikan tanggal pernikahan. Weisman, dalam bukunya, Serious Doubts (Keraguan Serius) berkata: “Jika Anda sangat ragu menikahi seseorang, jangan nekat! Dengarkan suara hati agar jangan salah jalan.”
Hati
adalah pusat kehidupan batin. Tempat diolahnya perasaan dan pikiran
terdalam. Dari hati muncul penilaian jujur pada diri sendiri. Suara hati
membisikkannya kepada kita, terutama jika ada yang tak beres. Kita bisa
saja mengabaikannya dan lebih menuruti apa kata orang. Namun, hati akan
merana (ayat 10,13). Orang bijak tak akan bertindak berdasarkan apa
kata orang (ayat 15). Ia akan berhati-hati melangkah; peka mendengar
suara hati. Ia tak akan ceroboh mengambil jalan yang disangka lurus. Ia
tidak akan menjalaninya sebelum yakin bahwa jalan itu benar-benar lurus.
Salah
jalan memang bukan akhir. Tuhan bisa membuat keputusan-keputusan keliru
yang kita buat menjadi sesuatu yang berakhir baik. Anda, dengan
pertolongan Tuhan, bisa kembali menempuh jalan yang benar. Namun,
prosesnya menghabiskan waktu dan tenaga. Menguras pikiran dan perasaan.
Anda akan mengalami kesusahan yang tak perlu terjadi. Jadi, sebelum
mengambil keputusan penting, datanglah kepada Tuhan. Mintalah kepekaan
untuk mendengar pimpinan-Nya, bahkan lewat suara hati Anda —JTI.
SUARA HATI ADALAH SOBAT YANG PALING BERANI BICARA
IA BERANI BERKATA “TIDAK” SAAT SEMUANYA BERKATA “YA”
IA BERANI BERKATA “TIDAK” SAAT SEMUANYA BERKATA “YA”
Sumber: Renungan Harian. Yayasan Gloria, penulis, Juswantori Ichwan
No comments:
Post a Comment